Selasa, 03 November 2015

GEOLOGI PULAU SULAWESI


Tugas Geologi Indonesia
GEOLOGI PULAU SULAWESI
 
Tugas ini diajukan untuk memenuhi tugas geologi Indonesia

KELOMPOK II
Adriyanto Hanapi
Raman S. Nangili
La Ode Samuhan
Wahyu Wironoto Utomo
Diana Mohammad Akuba
Elismiyanti Pakaya
Fatiyah Kasili
Julaiha Abdjul
Sri Milanda Badu


Dosen Pengampuh
INTAN NOVIANTARI MANYOE, S.Si., M.T
PRODI S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI 
JURUSAN ILMU DAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN PENGTAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
 2015


GEOLOGI PULAU SULAWESI


       Sulawesi terletak pada pertemuan 3 Lempeng besar yaitu Eurasia, Pasifik,dan IndoAustralia serta sejumlah lempeng lebih kecil (Lempeng Filipina) yang menyebabkan kondisi tektoniknya sangat kompleks. Kumpulan batuan dari busur kepulauan, batuan bancuh, ofiolit, dan bongkah dari mikrokontinen terbawa bersama proses penunjaman, tubrukan, serta proses tektonik lainnya (Van Leeuwen, 1994).
        Berdasarkan keadaan peta di atas Pulau Sulawesi dibagi 4 bagian yaitu :
1.      Mandala barat (West & North Sulawesi Volcano- Plutonic Arc)
        Bagian ini sebagai jalur magmatic, dan hampir seluruh bagian ini dipenuhi batuan vulkanik dan plutonik yang berumur pada masa konozoikum (Cenozoic Volcanics and Plutonic Rocks) yang ditunjukan dengan warna merah kecoklatan, selain itu terdapat batuan sedimen berumur kwater tedapat dibibir barat pulau Sulawesi yang ditunjukan dengan warna putih kekuningan, kemudian terdapat batuan sedimen berumur tertier yang ditunjukan dengan warna kuning, dan terdapat batuan metamorf berumur mesozoikum yang di tunjukan dengan warna coklat.
Van Leeuwen (1994) menyebutkan bahwa mandala barat sebagai busur magmatik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bagian utara dan barat. Bagian utara memanjang dari Buol sampai sekitar Bagian barat dari Manado Buol sampai sekitar Makassar.
1. Batuan bagian utara bersifat riodasitik sampai andesitik, terbentuk pada Miosen- Resen dengan batuan dasar basaltik yang terbentuk pada Eosen-Oligosen. 
2. Busur magmatik bagian barat mempunyai batuan penyusun lebih bersifat kontinen yang terdiri atas batuan gunung api - sedimen berumur Mesozoikum-Mesozoikum Kuarter dan batuan malihan berumur Kapur. Batuan tersebut diterobos granitoid bersusunan terutama granodioritik sampa granitik yang berupa batolit, stok, dan retas.


a. Mandala Barat Bagian Utara; sulut
1) Geologi daerah Sulut didominasi oleh batugamping sebagai satuan pembentuk cekungan sedimen Ratatotok.
2) Satuan batuan lainnya adalah kelompok breksi dan batupasir, terdiri dari breksi-konglomerat kasar, berselingan dengan batupasir halus-kasar, batulanau dan batu lempung yang didapatkan di daerah Ratatotok – Basaan, serta breksi andesit piroksen.
3) Kelompok Tuf Tondano berumur Pliosen terdiri dari fragmen batuan volkanik kasar andesitan mengandung pecahan batu apung, tuf, dan breksi ignimbrit, serta lava andesit-trakit.
4) Batuan Kuarter terdiri dari kelompok Batuan Gunung api Muda terdiri atas lava andesit-basal, bom, lapili dan abu
5) Kelompok batuan termuda terdiri dari batugamping terumbu koral, endapan danau dan sungai serta
      endapan alluvium aluvium.
 b. Mandala Barat Bagian Utara; GORONTALO

1) Daerah Gorontalo merupakan bagian dari lajur volkano-plutonik Sulawesi Utara yang dikuasai oleh batuan gunung api Eosen - Pliosen dan batuan terobosan.
2) Pembentukan batuan gunung api dan sedimen di daerah penelitian berlangsung relatif menerus sejak Eosen – Miosen Awal sampai Kuarter, dengan lingkungan laut dalam sampai darat, atau merupakan suatu runtunan regresif.
3) Pada batuan gunung api umumnya dijumpai selingan batuan sedimen, dan sebaliknya pada satuan batuan sedimen dijumpai selingan batuan gunung api, sehingga kedua batuan tersebut menunjukkan hubungan superposisi yang jelas.
5) Fasies gunung api Formasi Tinombo diduga merupakan batuan ofiolit, sedangkan batuan gunung
      api yang lebih muda merupakan batuan busur kepulauan.

    Geologi umum daerah Kabupaten Boalemo dan Gorontalo disusun oleh batuan dengan urutan stratigrafi sebagai berikut :
1.      Batuan beku berupa : Gabro, Diorit, granodiorit, granit, dasit dan munzonit kwarsa.
2.      Batuan piroklastik berupa : lava basalt, lava andesit, tuf, tuf lapili dan breksi gunungapi.
3.   Batuan sedimen berupa : batupasir wake, batulanau, batupasir hijau dengan sisipan batugamping
      merah, batugamping klastik dan batugamping terumbu. Endapan Danau,Sungai Tua dan endapan
      alluvial.

c. Mandala Barat Bagian Barat; Enrekang Sulawesi Selatan
Berdasarkan pengamatan geologi pada data penginderaan jauh dan lapangan, maka batuan di daerah Enrekang dapat dibagi menjadi 8 satuan,yaitu:
1)      Satuan batupasir malih (Kapur Akhir)
2)      Satuan batuan serpih (Eosen-Oligosen Awal)
3)      Satuan batugamping (Eosen)
4)      Satuan batupasir gampingan (Oligosen- Miosen Tengah)
5)      Satuan batugamping berlapis (Oligosen- Miosen Tengah)
6)      Satuan klastika gunungapi (Miosen Akhir)
7)      Satuan batugamping terumbu (Pliosen Awal)
8)      Satuan konglomerat (Pliosen)
     Struktur geologi yang berkembang di daerah ini terdiri atas sesar naik, sesar mendatar, sesar normal dan lipatan yang pembentukannya berhubungan dengan tektonik regional Sulawesi dan sekitarnya.
2. Mandala tengah (Central Sulawesi Metamorphic Belt)
Dibagian tengah pulau sulawesi dipenuhi dengan jenis batuan metamorf berupa batuan malihan yang ditumpangi batuan bancuh. Dibagian ini terdapat batuan ofiolit mélange yang ditunjukan dengan warna ungu dan terdapat batuan metamorf tekanan tinggi yang ditunjukan dengan warna orange.
Mandala tengah kabupaten donggala dan tolitoli, provinsi sulawesi tengah. Urut-urutan stratigrafi dari muda hingga tua sebagai berikut :
1)      Endapan alluvium,
2)      Endapan teras (Kuarter),
3)      Batuan tufa (Pliosen – Kuarter),
4)      Batuan sedimen termetamorfose rendah dan batuan malihan yang keduanya termasuk Formasi Tinombo (Kapur Atas – Eosen Bawah),
5)      Batuan gunungapi (Kapur Atas – Oligosen Bawah) yang menjemari dengan Formasi Tinombo,
6)      Batuan intrusi granit (Miosen Tengah – Miosen Atas) ditemukan menerobos batuan malihan Formasi Tinombo.
3. Mandala timur (East Sulawesi Ophiolite Belt)
Bagian ini berupa ofiolit yang merupakan segmen dari kerak samudera berimbrikasi dan batuan sedimen berumur pada zaman neogen dan kwarter yan ditunjukan dengan abu-abu mudah. Sedangkan batuan ofiolit ditunjukan dengan warna hijau
Mandala Timur bagian Kendari Sultra
Sesar Lasolo yg merupakan sesar geser membagi lembar daerah Kendari menjadi dua lajur, yaitu: Lajur Tinondo, yang menempati bagian barat daya Lajur Hialu yang menempati bagian timur laut daerah ini. Lajur Tinondo merupakan himpunan batuan yang bercirikan asal paparan benua, sedangkan Lajur Hialu merupakan himpunan batuan yang bercirikan asal kerak samudera (Rusmana dan Sukarna, 1985). Batuan yang terdapat di Lajur Tinondo adalah Batuan Malihan Paleozoikum, dan diduga berumur Karbon.
Hasil pengukuran gaya berat di daerah Kendari, Sulawesi Tenggara, yang sebagian besar daerahnya ditutupi oleh batuan ofiolit, menunjukan perkembangan tektonik dan geologi daerah ini mempunyai banyak persamaan dengan daerah Lengan Timur Sulawesi dengan ditemukannya endapan hidrokarbon di daerah Batui. Struktur lipatan hasil analisis data gaya berat daerah ini menunjukkan potensi sumber daya geologi yang sangat besar, berupa: panas bumi dan endapan hidrokarbon.
1)      Panas bumi berada di sekitar daerah Tinobu,Kecamatan Lasolo, sepanjang sesar Lasolo
2)   Cebakan hidrokarbon di sekitar pantai dan lepas pantai timur daerah ini, seperti: daerah Kepulauan Limbele, Teluk Matapare (Kepulauan Nuha Labengke) Wawalinda Telewata Singgere pantai Labengke), Wawalinda, Telewata, Singgere, utara Kendari, dan lain sebagainya.
4. Bagian Banggai–Sula and Tukang Besi Continental fragments
Bagian kepulauan paling timur Banggai-Sula dan Buton merupakan pecahan benua yang berpindah ke arah barat karena strike-slip faults dari New Guinea. Batuan metamorf distribusikan secara luas dibagian timur Sulawesi tangah, lengan tenggara Sulawesi dan pulau kabaena. Dibagian ini terdapat batuan metamorf diatas permukaan (continental basement and cover) yang ditunjukan dengan warna biru tua, dan batuan metamorf dibawah permukaan laut (continental below sea level) yang ditunjukan dengan warna biru muda.
a. Tatanan geologi P. Banggai dan P. Labobo disusun oleh 7 satuan batuan,
     yangdikelompokkan dari satuan tertua hingga muda sebagai berikut :
1) Kompleks batuan malihan adalah satuan batuan tertua yang terdiri dari sekis, gneis dan kuarsit. berwarna kelabu dan kehijauan, berumur Karbon.
2) Granit Banggai yang terdiri dari granit, granodorit, diorit kuarsa dan pegmatit. Bentang alam satuan batuan granit ini memperlihatkan bentuk morfologi bergelombang dengan permukaan relatif halus membulat
3) Sedimen Formasi Bobong (Jbs). Satuan batuan konglomerat dan batu pasir yang diendapkan tidak selaras diatas Granit, Formasi ini diduga berumur Jura Awal sampai Jura Tengah,
4) Batu gamping klastik, berwarna putih bersih hingga kotor kecoklatan, ukuran butir pasiran (relatif seragam) sebagai kalkarenit hingga kalsirudit. Dari kumpulan fosil yang dikandungnya, berumur dari Eosen sampai Miosen Tengah, tersebar luas dan hampir terdapat di seluruh P. Banggai
5)      Batugamping Salodik (Tems) Adalah batugamping fragmen dengan ukuran Kerakal (gravel) yang keras
6)      Batugamping terumbu Formasi Peleng (QL): Endapan batuan berumur kuarter yang penyebaran tidak merata, sebagian berupa batugamping konglomeratan, berwarna putih kotor hingga kecoklatan, setempat berongga-rongga, tidak berlapisdan keras.
7)      Aluvium : Satuan batuan termuda daerah ini adalah, terdiri atas lumpur, lempung, pasir dan kerikil, berupa endapan permukaan sungai dan di sekitar pantai, diantaranya terdapat di pantai Lambako–Pasir putih yang merupakan muara Sungai Selangat dan Paisu Moute.
       b. Pulau Buton
1)      Pulau Buton (berdasarkan eksplorasi Bitumen padat) dikenal sejak dulu sebagai penghasil aspal alam. Yang terdapat di daerah Lawele, Kabungka, Rongi dan Ereke.
2)      Endapan aspal di P. Buton terdapat di dalam Formasi Tondo dan Formasi Sampolakosa. Sumber dari aspal yang terdapat di dalam kedua formasi tersebut diduga berasal dari Formasi Winto (Trias) dan dianggap sebagai formasi pembawa bitumen padat.

Referensi
Sompotan,  Armstrong, F. (2012). Formasi Geologi Sulawesi. Institut Teknologi Bandung :  Bandung




Tidak ada komentar:

Posting Komentar