Selasa, 03 November 2015

GEOLOGI PULAU MALUKU

Tugas Geologi Indonesia


GEOLOGI PULAU MALUKU

Tugas ini diajukan untuk memenuhi tugas geologi Indonesia

KELOMPOK II
Adriyanto Hanapi
Raman S. Nangili
La Ode Samuhan
Wahyu Wironoto Utomo
Diana Mohammad Akuba
Elismiyanti Pakaya
Fatiyah Kasili
Julaiha Abdjul
Sri Milanda Badu


Dosen Pengampuh
INTAN NOVIANTARI MANYOE, S.Si., M.T

PRODI S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI 
JURUSAN ILMU DAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN PENGTAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
 2015



A. GEOLOGI PULAU MALUKU UTARA

Karakteristik geologi Provinsi Maluku adalah terdiri dari batuan sedimen, batuan metamorfik dan batuan beku dengan penyebaran yang hampir merata di setiap gugus pulau. Hal ini dipengaruhi oleh klasifikasi umur pulau/kepulauan yang terbentuk pada 50-70 juta tahun yang lalu, pada periode Neogeon sampai Paleoceen.
Karakteristik tersebut juga dipengaruhi oleh letak Maluku diantara lempeng bumi Indo-Australia, Pasifik, Laut Filipina dan Laut Banda, sehingga memberikan sebaran beberapa gunung api baik yang masih maupun sudah tidak aktif lagi.


  1. Fisiografi Pulau Halmahera

a. Mendala Fisiografi Halmahera Timur
      Mendala Halmahera Timur meliputi lengan timur laut, lengantenggara, dan beberapa pulau kecil di sebelah timur Pulau Halmahera.Morfologi mendala ini terdiri dari pegunungan berlereng terjal dan torehan sungai yang dalam, serta sebagian mempunyai morfologi karst. Morfologi pegunungan berlereng terjal merupakan cerminan batuan keras. Jenis batuan penyusun pegunungan ini adalah batuan ultrabasa. Morfologi karst terdapatpada daerah batugamping dengan perbukitan yang relatif rendah dan lerengyang landai.

b. Mendala fisiografi Halmahera Barat
    Mendala Halmahera Barat bagian utara dan lengan selatanHalmahera. Morfologi mendala berupa perbukitan yang tersusun atas batuansedimen, pada batugamping berumur Neogen dan morfologi karst dan dibeberapa tempat terdapat morfologi kasar yang merupakan cerminan batuan gunung api berumur oligosen.

c. Mendala busur kepulauan gunung api kuarter
    Mendala ini meliputi pulau-pulau kecil di sebelah barat pulauHalmahera. Deretan pulau ini membentuk suatu busur kepulauan gunungapi kuart er  Sebagian pulaunya mempunyai kerucut gunung api yang masihaktif.

      2. Stratigrafi

Urutan formasi batuan pada daerah Halmahera dari tua kemudadapat dilihat pada penjelasan dibawahin:
1.              Satuan Batuan Ultrabasa;terdiri dari serpentinit, piroksenit, dan dunit,umumnya berwarna hitam kehijauan, getas, terbreksikan, mengandun gas besi dan garnierit. Satuan batuan ini dinamakan Formasi Watileo dan hubungannya dengan satuan batuan yang lebih muda berupa bidang ketidak selarasan atau bidang sesar naik.
2.              Satuan Batuan Beku Basa terdiri dari gabro piroksen, gabro hornblende,dan gabro olivine, tersingkap di dalam komplek batuan ultrabasa dan dinamakan Formasi Wato-Wato.
3.              Satuan Batuan Intermediete ;terdiri dari batuan diorit kuarsa danhornblende, tersingkap juga dalam batuan ultrabasa.
4.              Formasi Dodaga;berumur kapur, tersusun oleh serpih berselingan denganbatugamping coklat muda dan sisipan rijang. Selain itu ditutupi pula olehbatuan yang berumur Paleosen Eosen yaitu formasi Dorosag usatuan konglomerat, dan satuan batu gamping.
5.              Formasi Dorosa  ;terdiri dari batupasir berselingan dengan serpih merah,batugamping. Formasi ini berumur Paleosen-Eosen. Hubungan denganbatuan yang lebih tua (ultrabasa) oleh ketidakselarasan dan sesar naik,tebal +250 meter. Formasi ini idengtik denganF ormasiSa olat. 
6.              Satua n B atu g amping ;berumur Paleosen-Eosen, dipisahkan dengan batuanyang lebih tua (ultrabasa) oleh ketidakselarasan dan dengan yang lebihmuda dari sesar dengan tebal +400 meter.g.
7.              Satuan B atua n Konglo m erat;tersusun oleh batuan konglomerat sisipanbatupasir, batulempung, dan batubara. Satuan ini berumur kapur dantebalnya lebih dari 500 meter. Hubungannya dengan batuan yang lebihtua (ultrabasa) dan formasi yang lebih muda (Formas i Ting teng) adalahketidakselarasan sedangkan dengan satuan batugamping hubungannyamenjemari. Setelah pengendapan sejak Eosen akhir-Oligosen Awalselesai, baru terjadi aktifitas gunung api Oligosen atas-Miosen bawah,membentuk bagian-bagian yang disatukan sebagai Formasi Bacan.
8.              Formasi Bacan ; tersusun atas batuan gunung api berupa lava, breksi, dantufa sisipan konglomerat dan batupasir. Dengan adanya sisipan batupasirmaka dapat diketahui umur Formasi Bacanyaitu oligosen-Miosen Bawah.Dengan batuan yang lebih tua( Formasi Dorosa gu ) dibatasi oleh bidangsesar dan dengan batuan yang lebih muda (Formasi Weda )oleh bidang.
9.              Formasi Weda;terdiri dari batupasir berselingan napal, tufa, konglomerat,dan batugamping, berumur Miosen Tengah Awal-Pliosen, bersentuhansecara tidak selaras dengan Formasi Kayasa yang berumur lebih muda danhubungannya secara menjemari dengan Formasi Ting teng.
10.  Satuan Konglomerat; berkomponen batuan ultrabasa, basal, rijang, diorit,dan batusabak setebal +100 meter, menutupi batuan ultrabasa secaratidakselaras, diduga berumur Miosen Tengah-Pliosen Awal.
11. Formasi Ting teng ; tersusun oleh batugamping hablur dan batugampingpasiran, sisipan napal dan batupasir, umur Miosen Akhir-Pliosen Awal,tebal +600 meter. Setelah pengendapan FormasI Ting  teng  terjadipengankatan pada kuarter, sebagaimana ditunjukkan oleh batugampingterumbu di pantai daerah lengan timur Halmahera.

B. MALUKU SELATAN
Maluku selatan disusun oleh hasil kegiatan endapan laut dangkal berumur Plio-Plistosen Sampai Holosen. Batuannya terdiri dari batu gamping, napal dan abut lumpur gamping dan endapan alluvium. Urutan batuan dari yang termuda sampai yang tertua adalah sebagai berikut:
      Formasi manumbai
      Formasi wasir 
      Alluvium
Sejarah geologi Maluku selatan dimulai pada zaman miosen bawah yang masih berupa daerah laut, dirincikan dengan pengendapan batu gamping dan napal yang berlangsung sampai miosen tengah.
Pada zaman miosen atas-Pliosen bawah terjadi pengangkatan dan lingkungan  pengendapan berubah menjadi laut dangkal dengan adanya pengendapan batu gamping dan napal yang termasuk formasi manumbai.

Referensi :
Scrid. Geologi Regional Halmahera. <http://www.scribd.com/doc/38149343/Geologi-Regional-Halmahera#scribd> (diakses 16 Oktober 2015)

GEOLOGI PULAU PAPUA

Tugas Geologi Indonesia

GEOLOGI PULAU PAPUA

Tugas ini diajukan untuk memenuhi tugas geologi Indonesia

KELOMPOK II
Adriyanto Hanapi
Raman S. Nangili
La Ode Samuhan
Wahyu Wironoto Utomo
Diana Mohammad Akuba
Elismiyanti Pakaya
Fatiyah Kasili
Julaiha Abdjul
Sri Milanda Badu


Dosen Pengampuh
INTAN NOVIANTARI MANYOE, S.Si., M.T

PRODI S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI 
JURUSAN ILMU DAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN PENGTAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
 2015



GEOLOGI PULAU PAPUA
Keterangan:
Warna Biru= batu gamping atau dolomite
Warna Merah=Batuan beku atau malihan
Warna Abu-abu=Sedimen lepas(kerikil,  pasir, lanau)
Warna Kuning=Sedimen Padu(tak terbedakan)

Geologi Papua merupakan priode endapan sedimentasi dengan masa yang panjang pada tepi Utara Kraton Australia yang pasif yang berawal pada Zaman Karbon sampai Tersier Akhir. Lingkungan pengendapan berfluktuasi dari lingkungan air tawar, laut dangkal sampai laut dalam dan mengendapkan batuan klatik kuarsa, termasuk lapisan batuan merah karbonan, dan berbagai batuan karbonat yang ditutupi oleh Kelompok Batu gamping New Guinea yang berumur Miosen. Ketebalan urutan sedimentasi ini mencapai 12.000 meter.
Pada Kala Oligosen terjadi aktivitas tektonik besar pertama di Papua,yang merupakan akibat dari tumbukan Lempeng Australia dengan busur kepulauan berumur Eosen pada Lempeng Pasifik. Hal ini menyebabkan deformasi dan metamorfosa fasies sekis hijau berbutir halus, turbidit karbonan pada sisii benuamembentuk Jalur Metamorf Rouffae yang dikenal sebagai “Metamorf Dorewo”Akibat lebih lanjut tektonik ini adalah terjadinya sekresi (penciutan) Lempeng Pasifik ke tas jalur malihan dan membentuk Jalur Ofiolit Papua.
Peristiwa tektonik penting kedua yang melibatkan Papua adalah Orogenesa Melanesia yang berawal dipertengahan Miosen yang diakibatkan oleh adanya tumbukan Kraton Australia dengan Lempeng Pasifik. Hal ini mengakibatkan deformasi dan pengangkatan kuat batuan sedimen Karbon-Miosen (CT), dan membentuk Jalur Aktif Papua. Kelompok Batugamping New Guinea kini terletak  pada Pegunungan Tengah. Jalur ini dicirikan oleh sistem yang komplek dengan  kemiringan ke arah utara,sesar naik yang mengarah ke Selatan, lipatan kuat atau rebah dengan kemiringan sayap ke arah selatan Orogenesa Melanesia ini diperkirakan mencapai puncaknya pada Pliosen Tengah.
Dari pertengahan Miosen sampai Plistosen, cekungan molase berkembang baik ke Utara maupun Selatan. Erosi yang kuat dalam pembentukan pegunungan menghasilkan detritus yang diendapkan di cekungan-cekungan sehingga mencapai ketebalan 3.000 - 12.000 meter. Pemetaan Regional yang dilakukan oleh PT Freeport, menemukan paling tidak  pernah terjadi tiga fase magmatisme di daerah Pegunungan Tengah. Secara umum, umur magmatisme diperkirakan berkurang ke arah selatan dari utara dengan polayang dikenali oleh Davies (1990) di Papua Nugini.
Fase magmatisme tertua terdiri dari terobosan gabroik sampai dioritik, diperkirakan berumur Oligosen dan terdapat dalam lingkungan Metamorfik Derewo. Fase kedua magmatisme berupa diorit berkomposisi alkalin terlokalisir dalam Kelompok Kembelangan pada sisi Selatan Patahan Orogenesa MelanesiaDerewo yang berumur Miosen Akhir sampai Miosen Awal. Magmatisme termuda dan terpenting berupa instrusi dioritik sampai monzonitik yang dikontrol oleh suatu patahan yang aktif mulai Pliosen Tengah sampai kini. Batuan-Batuan intrusi tersebut menerobos hingga mencapai Kelompok Batugamping New Guinea, dimana endapan porphiri Cu-Au dapat terbentuk seperti Tembagapura dan OK Tedi diPapua Nugini.
      Tumbukan Kraton Australia dengan Lempeng Pasifik yang terus berlangsung hingga sekarang menyebabkan deformasi batuan dalam cekungan molase tersebut.Menurut Smith (1990),sebagai akibat benturan lempeng Australia dan Pasifik adalah terjadinya penerobosan batuan beku dengan komposisi sedang kedalam batuan sedimen diatasnya yang sebelumnya telah mengalami patahan dan perlipatan. Hasil penerobosan itu selanjutnya mengubah batuan sedimen dan mineralisasi dengan tembaga yang berasosiasi dengan emas dan perak. Tempat -tempat konsentrasi cebakan logam yang berkadar tinggi diperkiraakan terdapat pada lajur Pegunungan Tengah Papua mulai dari komplek Tembagapura (Erstberg,Grasberg , DOM, Mata Kucing, dll), Setakwa, Mamoa, Wabu, Komopa, Dawagu, Mogo Mogo Obano, Katehawa, Haiura, Kemabu, Magoda, Degedai, Gokodimi, Selatan Dabera, Tiom, Soba-Tagma, Kupai, Etna Paririm Ilaga. Sementara didaerah Kepala Burung terdapat di Aisijur dan Kali Sute.

Sumber:
<http://tulisandw.blogspot.co.id/2013/07/geologi-dan-geomorfologi-pulau-papua.html> (diakses 16 Oktober 2015)

GEOLOGI PULAU NUSA TENGGARA

Tugas Geologi Indonesia

GEOLOGI PULAU NUSA TENGGARA

Tugas ini diajukan untuk memenuhi tugas geologi Indonesia

KELOMPOK II
Adriyanto Hanapi
Raman S. Nangili
La Ode Samuhan
Wahyu Wironoto Utomo
Diana Mohammad Akuba
Elismiyanti Pakaya
Fatiyah Kasili
Julaiha Abdjul
Sri Milanda Badu


Dosen Pengampuh
INTAN NOVIANTARI MANYOE, S.Si., M.T

PRODI S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI 
JURUSAN ILMU DAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN PENGTAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
 2015


Geologi Nusa Tenggara

A. Geologi Nusa Tenggara Barat
Berdasarkan peta diatas, jenis batuan yang ada di Nusa tenggara barat bagian Sumbawa telah di bagi berdasarkan warna, dan batuan yang dominan pada peta tersebut yaitu batuan sedimen, selain itu sisanya merupakan batuan vulkanik dan batuan terobosan. Adapun jenis batua berdasarkan warna pada peta diatas meliputi sebagai berikut :
1.      Kuning, merupakan batuan sedimen (batu lempung tufan). Batu lempung tufan merupakan sisipan batu pasir, dan kerikil hasil rombakan batuan gunung api.
2.     Merah jambu, merupakan batuan vulkanik  dengan satuan breksi tanah merah. Satuan breksi tanah merah merupakan breksi gunung api bersusun andesit hasil letusan gunung, dan jenis batuan ini berumur kuarter.
3.   Coklat, merupakan batuan vulkanik dengan satuan breksi andesit-basal. Satuan breksi andesit-basal merupakan breksi gunung api, lahar, tuf, abu, dan lava, bersusun andesit basal.
4.   Pingk tuah, merupakan batuan terobosan yaitu andesit, basal, desit, dan batuan yang tak 
      teruraikan yang sebagian batuan beku lelehan. Satuan ini menerobos batuan berumur miosen
     awal.

B. Geologi Nusa Tenggara Timur
    Berdasarkan peta diatas dapat diketahui jenis batuan yang ada di Nusa Tenggara Timur yang meliputi sebagai berikut :
1.  Warna Ungu merupakan formasi kiro, jenis batuannya yaitu breksi, lava, tufa pasiran dan batu pasir tufaan.
2.  Biru muda merupakan formasi waihekang, jenis batuannya yaitu batu gamping tufaan, batu gamping pasiran kasar.
3.   Kuning merupakan formasi tahahau, jenis batuannya yaitu lava desit, breksi, tufa, lava riolit, tufa kaca.
4.      Coklat merupakan batuan gunung api (vulkanik)
5.     Hijau gelap merupakan formasi loka, jenis batuannya yaitu tufa berseling dengan batu pasir tufa, dan bersisipan dengan batu gamping pasiran-tufaan.
6.      Merah jambu merupakan jenis batuan gradiorit, garanit, granodiorit, dan diorite kuarsa.
7.     Coklat mudah merupakan hasil gunung api tua, dengan jenis batuan lava, breksi, aglomerat, dan tufa pasiran, terdapat juga breksi batu apung.

Dapat kita lihat bahwa di kedua pulau ini terdapat dua mountain land (southern dan northern) yang terbentuk : gunung api Mio-Pliosen yang sekarang tererosi tahap tua membentuk pematang-pematang sempit tertoreh dalam, dan gununapi aktif Kuarter muda yang bentuknya masih kerucut. Ini mencerminkan perkembangan busur volkanik bagian dalam seiring dengan bergeraknya zone subduksi ke utara. Di Lombok dan Sumbawa jalur volkanik tua ada di sebelah selatan. Sisa-sisa gunungapi tua andesitik-basaltik ini misalnya Gunung Mareje (716 m) di dekat Mataram Lombok atau Gunung Sepakat dan Gunung Dinding di Sumbawa selatan. Di sekitar gunung ini dapat dipelajari dengan baik bagaimana asal dan sekuen gunung ini dalam hubungannya dengan batuan sediment yang tersingkap di sekitarnya, apakah intrusi magmatik yang menerobos batuan sediment lebih tua, apakah gunungapi tuayang di pinggirnya ditumbuhi terumbu karang, dsb.
Pengangkatan Resen terjadi sangat kuat di sebelah selatan Lombok-Sumbawa. Batugamping dan konglomerat dari gunung api tua terangkat membentuk tebing pantai, misalnya di dekat Kuta dan Blongas di Lombok selatan (bandingkan dengan pantai Uluwatu, Bali selatan – hal yang sama juga). Dataran tinggi sebelah selatan Taliwang di Sumbawa baratdaya, juga merupakan uplifted coral limestones yang dulunya tumbuh menumpu (onlap) gunungapi andesitik ke sebelah selatan dan tenggaranya.

C.  Struktur Geologi Sunda Kecil (NTB dan NTT)
Telah kita ketahui bahwa Sunda Kecil yang akan kita pelajari disini merupakan suatu kepulaun di sebelah timur Pulau Jawa yang terdiri dari beberapa pulau besar misalnya Bali, Lombok, Sumbawa, dan Flores. Kondisi geologi wilayah NTB dengan batuan tertua berumur Tersier dan yang termuda berumur Kuarter, didominasi oleh Batuan Gunungapi serta Aluvium (recent). Batuan Tersier di Pulau Lombok terdiri dari perselingan batupasir kuarsa, batulempung, breksi, lava, tufa dengan lensa-lensa batugamping, batugamping dan dasit.
     Sedangkan di Pulau Sumbawa terdiri dari lava, breksi, tufa, andesit, batupasir tufaan, batulempung, dasit, tonalit, tufa dasitan, batugamping berlapis, batugamping tufaan dan lempung tufaan. Batuan Kuarter di Pulau Lombok terdiri dari perselingan breksi gampingan dan lava, breksi, lava, tufa, batuapung dan breksi lahar. Sedangkan di Pulau Sumbawa terdiri dari terumbu koral terangkat, epiklastik (konglomerat), hasil gunungapi tanah merah, gunungapi tua, gunungapi Sangeangapi, gunungapi Tambora, gunungapi muda dan batugamping koral. Aluvium dan endapan pantai cukup luas terdapat di Pulau Sumbawa dan Lombok.
Data geologi yang disajikan untuk Pulau Lombok dari hasil pengamatan, maka dapat dikerhukakan jenis batuan yang ada di Pulau Lombok. Terdapat dua unsur geologi utama di Pulau Lombok yaitu lingkaran gunung berapi di sebelah utara dan lingkaran rendah yang sudah tua di sebelah selatan. Diantara kedua bagian ini terdapat lembah yang merupakah peralihan. Gunung berapi dilapisan bagian atasnya dan pegunungan tua di lapisan bawah dan yang paling berpengaruh adalah Gunung Rinjani, Gunung Punikan dan Gunung Nangi dibentuk oleh sedikit beresia dan larya, yang disebarkan oleh Bresia Rinjani ke arah barat dan timur.
Selama kala Pliosen, di lautan sebelah utara terjadi endapan berupa bahan yang berasal dari endapan yang kemudian menghasilkan Formasi Asah. Di barat laut sebagian dari batuan muncul ke atas permukaan laut. Sementara ini semakin ke barat pengendapan batuan karbonat lebih dominan. Seluruh jalur itu pada akhir Pliosen terangkat dan tersesarkan.
Kegiatan gunung api lebih banyak terjadi di daratan, yang menghasilkan gunung api dari barat ke timur. Seiring dengan terjadinya dua kaldera, yaitu mula-mula kaldera Buyan-Bratan dan kemudian kaldera Batur, Pulau Bali masih mengalami gerakan yang menyebabkan pengangkatan di bagian utara. Akibatnya, Formasi Palasari terangkat ke permukaan laut dan Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang Utara-Selatan yang tidak simetris. Bagian selatan lebih landai dari bagian Utara.

Referensi
Buccu, Keizya. Makalah Geologi Nusa Tenggara (Sunda Kecil) <http://www.academia.edu/5337104/MAKALAH_GEOLOGI_Nusa_Tenggara_Sunda_kecil_BAB_I_PENDAHULUAN>  (diakses tanggal 26 oktober 2015)

GEOLOGI PULAU BALI

Tugas Geologi Indonesia

GEOLOGI PULAU BALI
 
Tugas ini diajukan untuk memenuhi tugas geologi Indonesia

KELOMPOK II
Adriyanto Hanapi
Raman S. Nangili
La Ode Samuhan
Wahyu Wironoto Utomo
Diana Mohammad Akuba
Elismiyanti Pakaya
Fatiyah Kasili
Julaiha Abdjul
Sri Milanda Badu


Dosen Pengampuh
INTAN NOVIANTARI MANYOE, S.Si., M.T

PRODI S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI 
JURUSAN ILMU DAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN PENGTAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
 2015


 GEOLOGI PULAU BALI




Kondisi geologi regional Bali dimulai dengan adanya kegiatan di lautan selama kala Miosen Bawah yang menghasilkan batuan lava bantal dan breksi yang disisipi oleh batu gamping. Di bagian selatan terjadi pengendapan oleh batu gamping yang kemudian membentuk Formasi Selatan. Di jalur yang berbatasan dengan tepi utaranya terjadi pengendapan sedimen yang lebih halus. Pada akhir kala Pliosen, seluruh daerah pengendapan itu muncul di atas permukaan laut. Bersamaan dengan pengangkatan, terjadi pergeseran yang menyebabkan berbagai bagian tersesarkan satu terhadap yang lainnya. Umumnya sesar ini terbenam oleh bahan batuan organik atau endapan yang lebih muda.
Selama kala Pliosen, di lautan sebelah utara terjadi endapan berupa bahan yang berasal dari endapan yang kemudian menghasilkan Formasi Asah. Di barat laut sebagian dari batuan muncul ke atas permukaan laut. Sementara ini semakin ke barat pengendapan batuan karbonat lebih dominan. Seluruh jalur itu pada akhir Pliosen terangkat dan tersesarkan.
Kegiatan gunung api lebih banyak terjadi di daratan, yang menghasilkan gunung api dari barat ke timur. Seiring dengan terjadinya dua kaldera, yaitu mula-mula kaldera Buyan-Bratan dan kemudian kaldera Batur, Pulau Bali masih mengalami gerakan yang menyebabkan pengangkatan di bagian utara. Akibatnya, Formasi Palasari terangkat ke permukaan laut dan Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang Utara-Selatan yang tidak simetris. Bagian selatan lebih landai dari bagian Utara. Stratigrafi regional berdasarkan Peta Geologi Bali geologi Bali tergolong masih muda. Batuan tertua kemungkinan berumur Miosen Tengah.
Menurut Purbohadiwidjoyo, (1974). dan Sandberg, (1909) dalam  K.M Ejasta,(1995), secara geologi pulau bali masih muda, batuan tertua berumur miosen. Secara garis besar batuan di Bali dapat dibedakan menjadi beberapa satuan yaitu:
1.      Formasi Ulakan
Formasi ini merupakan formasi tertua berumur Miosen Atas, terdiri dari stumpuk batuan yang berkisar dari lava bantal dan breksi basal dengan sisipan gampingan. Nama formasi Ulakan diambil dari nama kampung Ulakan yang terdapat di tengah sebaran formasi itu.
Bagian atas formas ulakan adalah formasi Surga  terdiri dari tufa, nafal dan batu pasir. Singkapan yang cukup luas terdapat dibagaian tengah daerah aliran sungai Surga. Disini batuan umumnya miring kearah selatan atau sedikit menenggara (170-190o) dengan kemiringan lereng hingga cukup curam (20-50o). singkapan lain berupa jendela terdapat di baratdaya Pupuan, dengan litologi yang mirip.
2.      Formasi Selatan
         Formasi ini menempati semenanjung Selatan. Batuannya sebagian besar berupa batugamping keras. menurut Kadar, (1972) dalam K.M Ejasta, (1995) tebalnya berkisar 600 meter, dan kemiringa menuju keselatan antara 7-10o . kandungan fosil yang terdiri dari Lepidocyclina emphalus, Cycloclypeus Sp, Operculina Sp, menunjukan berumur Miosen. Selain di semananjung selatan, formasi ini juga menempati Pulau Nusa Penida.
3.      Formasi Batuan Gunungapi Pulaki
         Klompok batuan ini berumur pliosin, merupakan klompok batuan beku yang umumnya bersifat basal, terdiri dari lava dan breksi. Sebenarnya terbatas di dekat Pulaki. Meskipu dipastikan berasal dari gunung api, tetapi pusat erupsinya tidak lagi dapat dikenali. Di daerah ini terdapat sejumlah kelurusan yang berarah barat-timur, setidaknya sebagian dapat dihubungkan dengan persesaran. Mata air panas yang terdapat di kaki pegunungan, pada perbatasan denga jalur datar di utara, dapat dianggap sebagai salah satu indikasi sisa vulkanisme, dengan panas mencapai 470 C dan bau belerang agak keras.
4.      Formasi Prapatagung
         Klompok  batuan ini berumur Pliosin, menempati daerah Prapatagung di ujung barat Pulau Bali. Selai batugamping dalam formasi ini terdapat pula batu pasir gampingan dan napal.
5.      Formasi Asah
         Kelompok batuan ini brumur Pliosen menyebar dari baratdaya Seririt ke timur hingga di baratdaya Tejakula. Pada lapisan bawah umumnya terdiri dari breksi yang beromponen kepingan batuan bersifat basal, lava, obsidian. Batuan ini umumnya keras karena perekatnya biasanya gampingan. Dibagian atas tedapat lava yang kerapkali menunjjukan rongga, kadang-kadang memperlihatkan lempengan dan umunya berbutir halus. Kerpakali Nampak struktur bantal yang menunjukan suasana pengendapan laut.
6.      Formasi batuan gunungapi kuarter  bawah
         Kwarter di Bali di Dominasi oleh batuan bersal dari kegiatan gunung api. berdasarkan morfologinya dapat diperkirakan bahwa bagian barat pulau Bali ditempati oleh bentukan tertua terdiri dari lava, breksi dan tufa. Batuan yang ada basal, tetapi sebagian terbesar bersifat andesit, semua batuan volkanik tersebut dirangkum ke dalam Batuan Gunungapi Jemberana. Berdasarkan kedudukannya terdapat sedimen yang mengalasinya, umur formasi ini adalah kuarter bawah, seluruhnya merupakan kegiatan gunung api daratan.
         Pada daerah Candikusuma sampai Melaya terdapat banyak  bukit rendah yang merupakan trumbu terbentuk pada alas konglomerat dan diatasnya menimbun longgokan kedalam formasi Palasari, suatu bentukan muda karena pengungkitan endapan disepanjang tepi laut.
7.      Formasi batuan gunungapi kwarter
Kegiaan  vulkanis pada kwarter menghasilkan terbentuknya sejumlah kerucut yang umumnya kini telah tidak aktif lagi. Gunungapi tersebut menghasikan batuan tufa dan endapan lahar Buyan-Beratan dan Batur, batuan gunungapi  Gunung Batur, batuan gunungapi Gunung Agung, batuan gunungapi Batukaru, lava dari gunung Pawon dan batuan gunungapi dari kerucut-kerucut subresen Gunung Pohen, Gunung Sangiang dan gunung Lesung. Gunungapi-gunungapi tersebut dari keseluruhannya hanya dua yang kini masih aktif yaitu Gunung Agung dan Gunung Batur di dalam Kaldera Batur.

Referensi
Chicharito Dex_na, 2012. Kondisi Geologi Dan Topografi Pulau Bali.
<http://dexnachicharito.blogspot.co.id/2012/01/kondisi-geologi-dan-topografi-pulau.html>  (diakses tanggal 26 oktober 2015)